Proclaro Community Indonesia Tanpa Pengurus dan Iuran (Laporan Reporter Tribun Jogja, Puthut Ami Luhur)



TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Sebagian penggemar musik aliran progresif dan klasik rock di Yogyakarta mewadahi diri mereka dalam Progressive and Classic Rock (Proclaro) Community Indonesia. Komunitas ini berdiri November 2010, ditandai oleh keberadaan grup tersebut di Facebook.

Berapa jumlah anggota komunitas ini? Beberapa anggota yang diwawancara Tribun Jogja mengaku belum menghitung jumlah anggota Proclaro Community Indonesia.  Mereka juga menjelaskan, komunitas ini  berbeda dengan komunitas-komunitas lain karena tanpa  susunan pengurus.

"Kami memang tidak ingin ada ketua dan pengurus. Proclaro ini milik bersama. Yang penting semua guyup (akrab, Red) dalam komunitas dan tidak diributkan perebutan kekuasaan bagai partai politik," beber anggota Proclaro Community Indonesia , Bonnie Cloropilica, kepada Tribun Jogja, di Jalan Timuran 147, Yogyakarta, Minggu (6/2/2011).

Kawan Bonnie, Aulia Diponegoro, mengamini. "Kami juga tidak memperdulikan latar belakang tiap anggota. Semua kedudukannya sama. Walaupun ada yang mahasiswa, pegawai, pejabat, pegusaha, dan wartawan, semua jadi satu," timpalnya.

Proclaro juga tidak memungut iuran dari para anggotanya. "Paling  kalau ada acara, kesadaran kita masing-masing memberi donasi sumbangan," sambung Bonnie, yang sebagaimana kawan-kawannya menyukai lagu-lagu grup band Yes, King Crimson, Pink Floyd dan Genesis.

Selain intensif berinteraksi dengan sesama penggemar progresif dan klasik rock  di Yogyakarta, Bonnie dan Aulia juga berinteraksi dengan kawan-kawan mereka dari kota-kota lain. Mereka menggunakan situs jejaring sosial Facebook.  Setiap hari mereka saling merespons dan mengomentari video kiriman para penggila genre musik lawas tersebut.

"Sebenarnya yang kami kirim file audio tapi karena di Facebook tidak ada fasilitasnya maka kami mengirim video buatan sendiri. Tampilannya paling hanya cover album lagu tersebut, atau slide show," jelas Aulia Diponegoro, yang mengaku jurnalis sebuah majalah.

Bonnie menambahkan, pertemuannya dengan anggota lain Proclaro Community Indonesia, Hidayat Sumbodo, terjadi tak sengaja. Sebagai sesama penikmat musik progresif dan klasik, dua warga Yogyakarta ini bertemu dalam ajang Rock Lintas Generasi (Lingers), 4 Desember 2010, di Jakarta.

“Saya saat itu bertemu (dan berkenalan dengan) Pak Hidayat Sumbodo.  Kalau dengan Pak Aulia sudah kenal lama. Kemudian dari beberapa obrolan kami merasa cocok karena berawal dari hobi yang sama," kata pria yang berdagang CD dan piringan hitam grup-grup band lawas pengusung progresif dan klasik rock.
 
Adapun nama Proclaro digagas  Tom Crimsson, penggemar progresif  rock dari Bandung, Jabar. “Penyebutan nama ini agar lebih enak didengar, ringkas, padat dan mudah dicerna," kata Bonnie.

Kini, Komunitas Bonnie rutin bertemu setiap bulan. “Tapi kapan jadwal  pertemuannya tidak pasti. Biasanya saat Pak Aulia siaran World of Rock di Sonora tiap Sabtu  pukul 21.00-22.00 WIB kami jadikan ajang ngumpul," papar Bonnie, yang juga menjadi vokalis Band Cell dan gitaris Band Dalmation.

Aulia Diponegoro sejak beberapa waktu lalu rutin dibayar Sonora untuk siaran setiap Sabtu malam di  acara World of  Rock. Pada acara itu ia acap bicara tentang jenis musik yang digilainya.

Aulia kepada Tribun Jogja menyayangkan di Indonesia tidak ada produser yang mau menghidupi band dengan genre progresif rock. "Beda dengan di Amerika Serikat, walaupun musik pop di sana juga populer tapi masih ada produser yang mau memproduksi aliran musik progresif rock. Jadi, masih ada perbandingannya," tukas Aulia.

Editor : junianto


Diambil dari Tribunjogja.com

Comments

Popular posts from this blog

Kontroversi Seputar Lagu Child in Time (Oleh Akman Sinaga)

Biografi Krisna J. Sadrach "Sucker Head" - Legenda Trash Metal

Biografi Rotor - Band Thrash Metal dari Indonesia