Makara Menyentil Kekuasaan : Apresiasi dan Telaah Lagu Fabel (oleh: Elvin Hendratha)

Foto diambil dari facebooknya Denny Sakrie
Kesewenangan "rezim" Soeharto yang menghimpit kebebasan mahasiswa, membuat personil Makara terus meradang mengadakan perlawanan. Makara mengasah pena, manyebetkan lirik-satire menebas hegemoni kekuasaan jumawa. Ditengah represifnya kekuasaan, Makara melawan belenggu Normalisasi Kehidupan Kampus melalui karya lagu. ”Kebenaran yang akan menang akhirnya”, teriak mereka memompakan perlawanan.

Setelah 10 (sepuluh) bulan bergumul di ”Pro-Sound”, Makara Sang juara Festival Rock Indonesia Tahun 1984 melahirkan album perdana dengan bandrol Laron-laron pada Desember 1986. Berisi 10 (sepuluh) lagu : Laron-laron, Rosita, Sangkakala, Legenda Masa Depan, Menanti Berita, Ronta Jiwa, Kala Pertama, Fabel, Polemik, Di dunia angan-angan.

Gacoannya Laron-laron. Lagu ke-8 (delapan) Fabel adalah lagu yang sangat indah dari segi musikalisasinya, diluar Sangkakala dan Ronta Jiwa. Pengkisahannya sangat menarik, bercerita tentang arogansi kekuasaan Baginda Raja Tikus yang bertahta di Puncak-Menara. Lagu ini enak tapi rumit, mungkin itulah sebabnya mengapa Makara tidak pernah membawakannya secara live di panggung. Berisiko tinggi.

Diksinya sangat selektif, dikemas dalam pilihan kata yang menarik. Melalui pedang narasi dan pisau lirik tajam, penikmat justru rela dihunjam hulu-hatinya dengan tak terasa. Pengunaan kosa kata seperti : ”Bersimarajalela”  yang menyamarkan kata "Marajalela" atau satire Sumatro seperti  ”Beraja di hati, bersutan dimata”, yang bisa diartikan ”Laksana Raja, selalu menurut kehendaknya sendiri” menambah keragaman lirik. Makara memang jenius : menggarap lirik,  memilih thema, dan mencari strategi penyampaian amanat yang tepat, tetapi mampu memberi nilai tambah musikalisasinya.

Fabel adalah cerita yang menggunakan hewan sebagai tokoh utamanya. Lewat tokoh hewan, kritik terasa lebih ”ringan” dan ”aman” dalam mengkritisi kekuasaan. Penokohan binatang berperangai  manusia, membuat komunikasi terasa cair, menghibur, dan tidak menusuk perasaan. Tabiat hewan serasa menghujam nurani dengan tanpa kemarahan. Dunia margasatwa menawarkan perumpamaan segar cermin kehidupan manusia. Gaya penceritaan fabel pilihan strategi penyampaian pesan Makara.

Ketika mendengar musiknya, tak terasa digiring menuju suasana berlatar belakang sastra klasik Melayu. Intro sengaja dibuka dengan gelitik Talempong Virtual. Makara sengaja melakukan pencitraan telinga agar penikmat lena merangsak menuju singgasana kekuasaan feodalistis. Adi Adrian yang sedang rajin mengeksplorasi keyboard saat itu, sengaja mengokulasi nuansa Talempong Minangkabau. Nuansa aransemen elemen etnis ”Tak-tong-tong” mengental sejalan dengan situasi yang didiskripsikan.

Andy Julias berada dibelakang keseluruhan konsep, termasuk tatanan drum energik yg menderu merasuk diawal lagu yag kemudian ditimpali guitar Agus Anhar. Talempong virtual menghilang, muncul suara bass Yanuar Irawan bagai menari ”Serampang Duabelas”. Langgam beat melayu terasa semakin kuat pada ritmenya, walaupun secara melodi tidak sebegitu mendominasi. Ritmik itu semakin terasa mengental ketika ditandu permainan bass Yanuar Irawan, ditambah suara gitar akustik Agus Anhar yang mendubbing suara elektrik gitar bergaya Saga yg stacato.

Mendadak terdengar teriakan ”Heeeeeeee”, Kadri vokalis terbaik Festival Rock Indonesia tahun 1984, mengajak penikmat menuju ”Puncak Menara” yang ”Jauh Tinggi”. Dengan genit Kadri benyanyi Seriosa falset tinggi dengan sangat karakteristik dan indah (saya yakin Kadri akan sulit bermain nada seperti itu lagi sekarang). Satu oktaf lebih rendah terdengar suara Yanuar Irawan menimpali dengan nada seriosa falsetto rendahnya mendouble suara Kadri yg kental vibrasi.

Jauh tinggi di puncak menara,
Seekor tikus bertahta bagai Maharaja.
Memandang rendah ke sekitarnya
Merasa ialah satwa tertinggi di dunia

Ada hal yang sangat menarik untuk dicermati, yaitu terdengarnya 2 (dua) lagu berbeda, tetapi dinyanyikan secara bersamaan. Pertama, adalah lagu yang di-“nyanyikan” oleh instrumen yang dimainkan anggota Makara. Dimulai dengan lenguhan guitar Agus pada detik ke-20. Kedua, yaitu lagu yang dilantunkan Kadri sesudah teriakan ”Heeeeeeee”. Saat itu secara bersamaan 2 (dua) lagu berbeda bergerak beriringan. Dua lagu menari gempita dengan not berbeda.   

Disisi lain perbedaan warna 2 (dua) vokalis Makara (Kadri dan Harry Mukti), tampak disiasati dengan cerdas. Makara jeli mengeksplorasi aset vocal berbeda karakter, untuk disulap menjadi kekuatannya. Kualitas vokal HarryMukti yg power full dengan jangkauan nada panjang  bernuansa metal, sengaja dipadu dengan vokal teatrikal Kadri  yang bergaya Art-Rock. Harry Mukti yang kesulitan mencapai nada dan irama tertentu, sengaja membiarkan Kadri mengisinya. Tetapi pada vokal yang membutuhkan lompatan tanjakan nada tinggi, dibiarkan Harry Mukti berteriak :

Tinggi melayang diawang-awang itulah Sang Elang
Mencari mangsa dalam keseharian yang sederhana
Tiada berpikir tentang ambisi akan harta dan kuasa
Hanya mempertahankan kelangsungan hidup di dunia

Fabel layaknya lagu dengan musikalisasi bergaya ”Sastra-Klasik”, maka untuk memahaminya dibutuhkan penjiwaan teatrikal. Ketika melihat Makara take vokal di Pro-Sound Studio, Renny Jayusman berteriak histeris : ”Edun, edun, benar-benar edun kalian semua, mau main Theater atau rekaman musik....!!”

Yanuar mengambil peran narator dengan penjiwaan yang baik. Narasinya diuji mengikuti rytme jedah atau tangga nada lagunya. Gaya theatrenya melenakan. Coba perhatikan jerit suara Elang,  itu adalah suara Yanuar ! Mengapa justru Yanuar yang dipilih menjadi ”Si Pancarito / Tukang Carita” ? Andi Yulias menjawab dengan berseloroh : ”Karena memang Yanuar "Kurang Waras" ha ha ha”. ”Bahkan ini adalah  kali pertama Yanuar Irawan meminta menyanyi” demikian kenangnya.

Koor epik megah menghias Fabel sengaja diulang-ulang untuk menanam lagu pada otak penikmat. Koor berjajar menghias lagu sampai outro layaknya Hey Jude. Itu adalah suara personil Makara, yang dibantu Lilo-Kla Project dan Budi Haryono (yg dalam album ini juga berkontribusi membantu sektor drum). Lilo dan Budi memang satu markas di studio Makara kala itu. Saya membayangkan kerumitan recording. Setiap narasi muncul koor selalu hadir memadu kemegahan, diskripsikan : cheos, perang, atau epik semangat perjuangan. Banyak unsur pilihan dalam lagu ini, perhatikan pula keyboard Adi sangat dramatis bak Tony Banks, menapak klimaks dengan jerit gitar Agus Anhar pada koor Fabel. Sedangkan pada akhir lagu terdengar ekspresi suka cita kemenangan melalui hiruk pikuk Sound Efek.

Mengamati bentuk lirik Fabel menjadi agak bingung karena sepintas mirip ”Prosa”, kadang seperti ”Syair Terikat” dengan skema rima berpola ”aaaa-aaaa–aaaa-iiii”. Bahkan kadang saya mencurigainya sebagai bentuk ”Soneta Modern”, karena ada ”Quatrain” pada bait : ”Inilah MORAL diakhir kisah .....”. Serta adanya ”Terzina” yang merupakan isi kesimpulan pada bait terakhir, yang dimulai dengan suara Falsetto Kadri berteriak : ”Tiada kuasa yang demikian tinggi .....”

Fabel adalah lagu paling menarik dari album pertama Makara. Melalui Fabel, Makara bermain diluar mainstrame musik pada saat itu. Sebagai kelompok Progressif Rock yang diiidentikkan SAGA, Makara berhasil menunjukkan kemampuannya mengusir ketidakpedean mereka dalam membuat lagu sendiri, dan berhasli melepaskan diri dari bayang-2 SAGA.

Dilihat di proses pembuatannya,  Fabel agak berbeda dengan Laron-laron, Ronta Jiwa atau Sangkakala. Pada Laron-laron lagu dan ide lirik telah dibuat Andy Julias, baru kemudian dibuat lirik secara bersama oleh  Yanuar Irawan dan Andy Julias. Sedangkan  Ronta Jiwa dan Sangkakala lagu telah dibuat oleh Andy Julias, baru kemudian diisi lirik Yanuar Irawan. Berbeda dengan Fabel, lagu ide lirik telah ditulis Andy Julias, tetapi kemudian diedit diperbaiki total diksinya oleh Yanuar Irawan sehingga keseluruhan lirik terasa sekali kosa kata pilihannya.

Isi liriknya mendongeng kebajikan dunia binatang, memberi suri tauladan manusia. Bercerita tentang Baginda Raja Tikus yang mentasbihkan diri sebagai ”Mahluk terpandai dibumi” dan merendahkan satwa lainnya. Tetapi akhirnya Seekor Elang perkasa, yang justru tak pernah berpikir tentang ambisi harta dan kuasa menyadarkan keterbatasannya. Begitu smart pesan diracik, Tikus yang identik dengan binatang yang sangat ”rendah” berasal dari tempat kotor menjijikan malah jumawa lupa pada asalnya, merasa  menjadi mahluk terhebat.

Cerita Fabel yang sangat dramatis tersebut, membuat saya membayangkan Opera besar.  ”Sempat sih terbersit untuk dijadikan suatu opera dengan judul sama "Fabel", bahkan skenario story line sudah dibuat Yanuar. Sampai saat ini saya masih simpan skenario tersebut” demikian kata Kadri vocalis Makara.
Sejak jaman Aesop hingga Finding Nemo cerita binatang selalu menarik dan menghibur. Fabel selalu meyelipkan nasihat dan petuah tentang kehidupan. Tak lelah mendongengkan moral kebajikan, dengan membawa pesan : persahabatan, kerendahan hati, atau dorongan untuk tidak menyerah pada keyakinan perjuangan. Dan Makara telah mengingatkan kita melalui lagu, bahwa : ”Anda yang sedang berkuasa jangan pongah, diatas langit masih ada langit. Tuhan Maha Kuasa” (elv)
(diambil dari blog pribadinya Elvin Hendratha)




FABEL

(Kadri + Yanuar Irawan)

Jauh tinggi di puncak menara,
Seekor tikus bertahta bagai Maharaja.
Memandang rendah ke sekitarnya
Merasa ialah satwa tertinggi di dunia

(Kadri)

Didataran di kaki menara
Tikus-tikus lain terpesona

(Harry Moekti)

Memandang kagum pada Sang Raja
Memujanya bagai seekor Dewa

(Kadri + Yanuar Irawan)

Akulah Maharaja dunia,
Yang tertinggi diatas semua margasatwa
Semua Sabdaku Hukum Adanya
Akulah wujud Sang Dewa diatas dunia

(Kadri)

Betapa perkasa Raja kami
Sabdanya keluhuran tertinggi

(Harry Moekti)

Ajarannyalah teladan kami
Mahluk terpandai di bumi

(Yanuar Irawan)

Syahdan, maka bertahtalah Sang Maharaja, dengan segala kecongkakan dan kesombongannya. Bersimarajalela dengan segala kekuasaanya. Beraja dihati Bersutan dimata. Tanpa seekorpun rakyatnya yang berani menentang dan mempertanyakan? segala kebijaksanaanya. Bela-lah ia karena kuasanya. Dicanangkannya kepada dunia : Ia mahluk yang paling mulia di dunia. Dan inilah kata-katanya :

(Kadri + Yanuar Irawan)

Akulah Maharaja dunia,
Yang tertinggi diatas semua margasatwa
Semasa sabdaku hukum adanya
Akulah wujud Sang Dewa diatas dunia

(Kadri)

Betapa perkasa Raja kami
Sabdanya keluhuran tertinggi

(Harry Moekti)

Ajarannyalah teladan kami
Mahluk terpandai di bumi

(Yanuar Irawan)

Nun Jauh disana tinggi melayang di Angkasa sebuah titik hitam datang kian mendekat. Sang Elang-lah dia, musuh besar bangsa Tikus dan pembunuh hampir seluruh nenek moyang Sang Maharaja. Kini, musuh itu datang untuk menghancurkan dirinya dan kerajaannya. Betapa takutnya hati sang Maharaja. Terbayangkan olehnya tajamnya paruh dan cakar Sang Elang, mencabik-cabik dirinya. Kemana aku mesti sembunyi ? Kemana aku mesti sembunyi ?

(Harry Moekti)

Tinggi melayang diawang-awang itulah Sang Elang
Mencari mangsa dalam keseharian yang sederhana
Tiada berpikir tentang ambisi akan harta dan kuasa
Hanya mempertahankan kelangsungan hidup di dunia

(Harry Moekti)

Hororpun bertahta dalam hati Sang Maharaja
Ketakutan akan menjadi mangsa Elang perkasa
Sadar akan keterbatasan kuasa dan harta dunia
Ketiada berkuasaAN mahluk akan hidup dan ajalnya.

(Kadri + Yanuar Irawan)

Inilah Moral diakhir kisah,
suri tauladan dari dunia margasatwa
Kebijakan didalam cerita
Kiasan hidup bagi dunia manusia

(Kadri)

Tiada kuasa yang demikian tinggi,
Tiada pula harta yang abadi,

(Harry Moekti )

Selalu ada yang melampaui,
Di dunia yang fana ini .......



Comments

Popular posts from this blog

Kontroversi Seputar Lagu Child in Time (Oleh Akman Sinaga)

Biografi Krisna J. Sadrach "Sucker Head" - Legenda Trash Metal

Biografi Rotor - Band Thrash Metal dari Indonesia